Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021

Mati Enggan, Hidup Pun Susah

Sekitar awal Juni 2020, aku memaksakan diri untuk mendengarkan album pertamanya Nadin Amizah yang berjudul 'Selamat Ulang Tahun’. Rasa penasaranku lumayan tinggi karena saat itu beranda twitter- ku membicarakan album ini. Setelah kudengar semua, satu diantara sepuluh lagu di dalamnya, ada lirik yang membuatku ingin sekali bertanya pada si pemilik album tersebut, “Nadin, seberat apa menuju dewasamu?”. Bagaikan jiwa yang terpisah, mati enggan hidup pun susah, begitu lirik awal dalam lagu ‘Mendarah’ milik Nadin. Ku ulang terus lagu tersebut. Aku berusaha memahami setiap liriknya. Aku ingin tahu apa yang ingin Nadin sampaikan. Sampai pada akhirnya, aku benar-benar paham sepenggal lirik dari lagu ‘Mendarah’ ini. Saat itu, di pertengahan bulan Juni, entah aku sudah berbuat dosa apa, yang seharusnya menjadi Juni yang penuh harapan dengan bertambahnya usiaku yang ke-20, ini justru menjadi mimpi buruk dalam hidupku. Juni 2020 adalah Juni yang paling patah hati. Juni yang paling kelam ...

Dua Puluh Empat Juli

Aku jatuh paling tragis Meringis tiris di tengah tangis Maafmu pernah sampai akut Tapi egomu kebal tak pernah takut Ini jatuh paling tragis Semua kelam di balik gerimis Susah dirasa usah mengemis Jatuhku jatuh menjadi bengis Dua puluh empat ini paling suram Padahal Juli sedang menyulam Andai mati tak pernah menuju langit pun tanah Mungkin luka sembuh tak bernanah

H A M P A

Perkenalkan, namaku sunyi yang paling nyaring Aku tak beralamat pada tanah Pula tak melayang di udara Aku hanya selongsong kosong yang ditinggal mesiu Letusannya meninggalkan rintih-rintih pilu Jiwaku selalu jadi tawanan hampa Ia yang rupawan dan merambat lambat tak mau berkesudahan meski langit tak lagi menurunkan hujan Sapa yang pernah terajut, sudah lenyap ditelan waktu Tangan yang pernah tenggenggam sudah bertolak ke rumah nun jauh disana Si sakit ini sendiri memikul hampa Bisingnya membentuk sesak Meski kukira heningnya akan mati oleh puisi yang tak pernah mengeja